Powered By Blogger

Minggu, 23 Desember 2012

Cara membuat minyak kemiri yang baik dan benar



Assalamualaikum...
Salam sejahtera untuk semuanya...

Diakui atau tidak, rambut adalah sebuah mahkota yang harus dijaga sebaik mungkin, karna kalu sudah mengalami ekrontokan, bahkan kebotakan akan sangat sulit sekali untuk dibobati agar kembali lebat, selain memakan banyak dana, juga membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan waktu adalah uang, (UUD : Ujung-Ujungnya Duit). Oleh karena itu, sepatutnya kita merawatnya, salah satuny adalah dengan minyak kemiri. Minya kemiri selain berhasiat merawat rambut, insya Allah juga dapt menumbuhkan rambut yang rontok jika digunakan secara terus-menerus. Oke, langsung sikat aja dah....

Kita siapakn terlebih dahulu bahan-bahannya:
1. Buah kemiri 250 gram
2. Air secukupnya

Caranya.
1.       Blender buah kemiri dengan air secukupnya, ampe halus, tapi jangan halus-halus banget, ntar susah nyaringnya. Kalo nggak punya blender, ditumbuk atau diulek aja ampe halus.
2.       Saring, seperti meras kelapa jadi santan,  ampe air santan kemiri tak kental lagi, kalo yang sudah terlanjur terlalu halus karena terlalu banyak air, bisa disaring dengan menggunakan kain.
3.       Abis dapet santan kemiri yg gak ada ampasnya, siapkan kuali atau panci untuk mendidihkan. Aduk lama, ampe jadi minyak. Sabar aja, emang cukup lama, sampai airnya menguap dan tersisa putih-putihnya.
4.       Minyak kemiri harus benar-benar mateng, biar gak apek, tandanya adalah kerak minyak warnanya coklat pekat ato nyaris itam, hal itu udah menandakan minyak kemiri udah masak dan siap pakai.
5.       Nah, setelah itu ambil keraknya, lalu peras kembali dengan menggunakan kain, sampai keluar keraknya kering, sampai nggak keluar minyak lagi
6.       Ambil botol, tuk dijadikan tempat, botolnya yang bersih ya dan gak bau apa-apa, biar baunya gak bercampur aduk.
7.       Selamat mencoba

Selasa, 03 Januari 2012

Topan (sepenggal kisah)

Beberapa bulan yang lalu, saya membaca majalah sastra Horison (gayane reekkk…(: ), kebetulan saat itu yang dibahas Novel ALI TOPAN, lupa karya siapa dan tahun berapa, tapi setelah membaca itu, saya puny aide untuk membuat kisah bergya 80’an yang terkesan action, tapi ahirnya,saya sendiri gak ngerti, apa cerita ini bergaya 80’an, atau sok 80’an, yah… jatohnya (aduuhhh… :P ) tuk menyalurkan inspirasi dan mengasah bakat, maklum masih kacangan, lama gak nulis lagi, hm… ya udahlah, kalo dah bosen baca curhat saya, lanjut ja….

Topan
(sepenggal kisah)

“Heh! Kalian mundur, gue yang maju,”
“Ok boss!”
Lalu, orang yang punya badan paling besar yang di panggil bos tersebut maju, lewati tengah antara kedua anak buahnya yang sedikit lebih kecil badannya.
“Lo liat cewe elo”, kata si bos sambil melirik kearah mobil mereka yang di dalamnya terdapat Arisa yang kedua tangan dan kakinya terikat plus mulut yang tersumpal.
“Lo tenang aja, gue gak bakalan ngapa-ngapain cewe lo, kita cuman disuruh bokapnya buat ngejemput dia,” lanjut si boss dengan santai, “ya, kecuali bokapnya gak sanggup bayar kita, itu lain lagi ceritanya, hehehe, soalnya kita bakal minta bayaran yang gede, hahahahaha,” si bos tertawa, di sambut tertawa oleh kedua anak buahnya.
Mendengar hal tersebut, hati Topan semakin terbakar, ditambah dengan tatapan Arisa yang tak rela harus berpisah dari kekasihnya, apalagi hal itu karena Arisa harus pulang ke rumah yang sudah ia tinggalkan dengan susah payah.
“Lo mau bayaran berapa???” teriak Topan geram, mendengar teriakan Topan, si bos berhenti tertawa dan berekspresi terkejut.
“Apa?? Gue gak denger, lo bilang apa barusan? Bayar? Lo mau bayar gue? Hah!” Sahut si bos dengan suara dan wajah remeh,
“Oi Reng!”
“Ia bos?!” Sahut Gareng-yang punya tato di lengan kirinya
“Elo denger dia bilang apa barusan??” tanya si bos dengan ekspresi menghina Topan.
“Nggak bos!”
“Elo Truk??”
“Nggak juga bos,” jawab Petruk-yang mempunyai tato di lengan kanannya, “emang ia bilang apa bos???” Tanya Petruk berlagak bodoh.
“Dia bilang mau bayar kita, hahaha”
“Hahaha,” serentak ketiga preman sewaan tersebut tertawa lagi.
“Apa bos?? Bayar??? Mau bayar pake kentut?! Hahaha, dasar! Gablek!” kata Petruk dengan suara tinggi.
Darah Topan semakin memuncak melihat sandiwara ketiga preman di depannya. Seakan-akan, semua ini, semua hal yang telah ia lakukan, tidak artinya.
“Heh, anjing! Maju lo!,” Sentak Topan keras, “nggak lucu!”
Kontan si bos meradang mendengar umpatan Topan, “heh! Masih bocah udah berani-beraninya manggil gue anjing, kampret!!!”
Si bos langsung berlari ke arah Topan dengan tangan terkepal dan langsung menyerbu dengan tangan kanannya tuk meninju pipi Topan dengan cepat.
“Serangan lurus,” bisik hati Topan.
Dengan cepat Topan merunduk tuk menghindari tinju si bos, ia lalu bangkit dengan siku tangan kanan yang dengan pas menggetarkan rahang bawah si bos. Si bos sedikit terjungklang, tak mau kehilangan kesempatan, Topan melangkahkan kaki kirinya dan  dengan sigap, tangan kiri Topan meraih kerah si bos, menariknya, sambil mengirimkan tinju tangan kanannya yang telak kembali menggetarkan rahang si bos.
Setelah berhasil dengan serangannya, Topan mundur dua langkah dengan kaki kanan berada di depan dan nafas yang memburu karena dorongan andrenalin yang kuat.
“Aarrrggghhh….,” si bos mengerang mendapatkan serangan dari Topan yang tak ia kira sebelumnya.
“Anjing!” Umpat si bos, “heh, Reng! Truk! Maju!” Perintah si bos sambil memijat-mijat rahangnya.
Garengpun langsung berlari menyongsong Topan dan langsung mengarahkan tinjunya.
“Lurus lagi,” pikir Topan yang sudah berganti posisi dengan kaki kiri di depan.
Topan kemudian menangkap tangan Gareng dengan sekuat tenaganya lalu mengarahkan tinju tangan kanannya ke wajah Gareng, namun tangan kiri Gareng dengan sigap menangkap tinju Topan. Tak kehabisan akal, Topan meloncat dengan pijakan kaki kirinya dan mengarahkan lututnya ke “barang” milik Gareng.
“Aaarrrrgggghhhhh……”
Sontak Gareng mengerang dan mundur sambil menggenggam “senjatanya” yang seakan-akan mau pecah. Topan tersenyum simpul melihat Gareng kesakitan, lalu Topan melirik Petruk yang mematung melihat Gareng kesakitan sambil menggenggam “anunya”. Melihat tubuh Petruk yang paling kecil di antara preman sewaan. Topanpun memilih maju tuk menyerang duluan.
“Yang lebih besar badannya gue bisa robohin, masa yang paling kecil nggak,” pikir Topan bangga sambil berlari ke arah Petruk dan mengangkat tinjunya ke arah Petruk. Namun, perkiraan Topan meleset, Petruk dapat menangkap tangan kanannya, tak mau kehilangan kesempatan, tangan kiri Topanpun segera melesat ke arah mata Petruk, meninggalkan posnya yang untuk bertahan. Tapi, sekali lagi, bogemnya di tangkap dengan mulus oleh tangan kanan Petruk yang lebih cepat dari yang Topan kira.
Setelah mendapatkan kedua tangan Topan, Petruk langsung memelintir kedua tangan Topan secra bersamaan, yang kiri memutar ke kanan, yang kanan memutar ke kiri.
“Aaaaaahhhhhh….”
Topan langsung menjerit merasakan kedua tangannya diplintir dengan kuat oleh Petruk. Belum sempat ia berpikir dan bereaksi, Petruk keburu meloncat tinggi dengan kedua kaki terangkat sampai di depan dada Topan dan melesat menghantamnya.
“Brruuk!”
Topan terpental kebelakang cukup jauh. Otaknya tak sempat berpikir apa yang terjadi barusan, yang ia rasakan, ia tak bisa bernafas, se akan-akan paru-parunya ditekan sangat keras hingga menolak oksigen tuk masuk.
Brak buk buk buk.
Topan terpental beberapa kali akibat tendangan Petruk yang keras.
“Huahahahaha”
Tanpa dikomando, si bos dan Gareng yang masih menggenggam “keperkasaannya” tertawa terbaha-bahak bersama-sama melihat kejadian barusan.
“Wah, hebat lo Truk, gak percuma lu pernah masuk karate dulu!” Teriak si bos bangga.
Samar-samar, Topan mendengar teriakan si bos, namun ia masih bejuang dengan dadanya yag masih kesulitan bernafas dan terbatuk-batuk. Namun ia tak mau berlama-lama, Topan kembali bangkit dengan susah payah sambil memegang dadanya yang serasa terbakar.
Dengan nanar, Topan memandang ke arah Petruk yang berada di samping jalan dengan nafas yang tersengal-sengal, Topan lalu melirik kekiri sedikit dan melihat mobil di belakang Petruk yang di dalamya terdapat Arisa yang telah banjir air mata melihat Topan.
“Tenang Arisa, Topan gak papa, Topan kuat kok,” kata Topan lirih.
Sejenak, otak Topan tersadar, ia bertarung dengan ketiga preman tersebut di samping jalan raya, dengan mobil berlalu-lalang dan banyak orang di sekeliling, tapi, kenapa mereka semua hanya melihat, tak ada satupun yang maju untuk menolongnya, ataupun melerai, atau juga menariknya agar tak melanjutkan perkelahian. Dengan sedikit inisiatif, Topan berteriak sambil menahan sakit di dadanya yang belum siap.
“Hei… kalian semua, uhuk,” Topan batuk kecil sambil menggengam dadanya, “gue tau, mereka udah sering bikin ulah di sini,” teriakan Topan semakin keras, meskipun ia tak tahu, apakah ketiga preman di depannya ini adalah preman di sekitar sini atau tidak, ia hanyan ingin memprovokasi orang-orang agar perkelahian ini cepat selesai dan ia bisa dengan cepat membawa Arisa pergi.
“Kalo kita bersama-sama, kita pasti bisa ngalahin mereka! Mereka Cuma bertiga, sedangkan kita banyak! Cukup ambil kayu, lalu kita serang mereka bersama-sama!” Teriak Topan mantap, namun, orang-orang hanya saling berbisik dan menatap Topan dengan kasihan, namun tak ada satupun di antara mereka yang maju.
Si bos dan anak buahnya melihat sekeliling setelah mendengarkan teiakan Topan, namun, mereka langsung tertawa melihat tak ada orang yang mau menolong, terlebih, mereka malah semakin menjauh.
“Hahahahaha, heh! Kasian deh lo!” Teriak si bos, “gak bakalan ada yang berani nolongin lo, mereka semua cuma mikirin hidup mereka sendiri. Emangnya elo sapa? Sodara mereka? Anak presiden? Anak mentri? Emangnya lo mau tanggung jawab kalo mereka ada apa-apa?” Hahaha, si bos balas memprovokasi dengan lantang, membuat orang-orang semakin menjauh.
“Sial!” Umpat Topan pada dirinya sendiri.
“Oya, lu bilang apa tadi? Kayu? Hm…. Kita nggak kepikiran pake kayu tadi, tapi, karna lo udah ngingetin,” Petruk tersenyum lebar sambil memungut sepotong kayu yang bersandar pada pohon di pinggir jalan, “makasih ya, hahahaha,” Petruk kemudian mengankat tongkat tersebut dan meluruskannya dengan kepala Topan sambil memejamkan mata kirinya dan memicingka mata kanannya, “hahahaha…. “, Petruk lalu berjalan ke arah Gareng, begitupun juga sebaliknya, mereka berdua berganti posisi, Petruk di sebelah kiri, sedangkan Gareng di sebelah kanan.
“Apa yang mereka berdua lakuin, kenapa mereka ganti posisi,” pikir Topan, tapi otaknya mampet, tak bisa memikirkan hal itu, padahal tato Gareng di lengan kiri sedangkan tato Petruk di sebelah kanan, lalu kenapa berkebalikan?
Belum selesai Topan berspekulasi dengan otaknya, Petruk dan Gareng telah maju dengan Petruk yang menyerang duluan sambil mengankat tongkat kayu. Topan langsung menegakkan dirinya menyambut serangan Petruk yang lurus mengarahkan tongkatnya ke kepalanya.
“Serangan lurus lagi,” pikir Topan.
“Heeeaaahhh….” Petruk berteriak sambil menyerang, menarik tongkatnya ke belakang lalu melesatkannya mengarah ke kepala Topan dengan cepat, sedangkan Topan bermaksud tuk menangkap tongkat tersebut lalu mengarahkan lututnya ke perut Petruk, namun, kayu tersebut bukannya menghantam kepala Topan, melainkan tongkat tersebut mengayun ke arah kiri Petruk dan berujung dengan mendarat di perut Topan.
“Buuukkkk!!!!!”
Tak ada suara yang keluar dari mulut Topan, hanya serangan nafasnya yang seperti orang sekarat terdengar sebentar lalu berhenti, seadakan-akan, nyawanya keluar bersamanya dengan mulut yang menganga dan wajah kedepan serta badan yang menunduk akibat benturan keras tongkat Petruk. Tak cukup sampai di situ, di belakang Petruk ada Gareng yang dengan mantap mengarahkan bogem tangan kirinya ke arah wajah Topan yang melotot kesakitan.
“Bruak!!”
Topan terpental keras kebelakang dengn sakit yang ia rasakan menjalar di sekujur tubuhnya.
“Bruk!”
Hitam.
xxx

Senin, 19 Desember 2011

SosSok

Cerita ini adalah kisah nyata yang mengalami perubahan tidak perlu di beberapa lini sehingga terkesan sedikit fiksi dan, sumpah! Ini nyata! Beneran dech… suer! Kalo nggak percaya, saya tunggu di luar! -pengen kenalan :-)

SOsSOK
Pada suatu hari, di tengah desa sedikit ke pinggir, di sebuah rumah yang mungil sedikit centil dan tidak dekil, sedang terjadi keributan yang tidak biasanya. Keributan tersebut berasal dari ruang tengah, di pinggir ruang tamu, di dekat kursi, di atas sebuah tikar, tepatnya di depan sebuah televisi. Ada tiga sosok di tambah dengan satu remaja yang masih lucu, sedang memperhatikan salah satu sosok yang sedang telentang dan kedua kakinya di tekuk sehingga lututnya meninggi serta di renggangkan.
Di situlah sedang terjadi, kalo yang katanya para ilmuwan mereka sebuat sebut dengan ledakan besar, karena akan terjadi sebuah ledakan dari sebuah perut yang melendung dan, di situlah saya, sedang telengkup dan sedikit terusik karena di paksa untuk keluar, katanya sih, rahim ibu saya udah nggak muat untuk nampung saya lagi, so, di usir ne ceritanya?!
Berikut ini adalah dialog dengan pengubahan seperluya agar di mengerti dalam kekacauan tersebut:
“ayo! Ayo! Berusaha! Terus! Terus! Terus!” kata sang dukun menyemangati.
“ye, buduk! Eh, bu dukun, jangan terus-terus terus dong! Ntar nabrak lagi?! Kalo nabrak gimana? Mau tanggungjawab apa?” protes sorang laki-laki yang saat itu umurnya mungkin sudah berkepala tiga.
“eh, iya-iya, sori…”
”woi!! Jangan ngomong aja! Gimana nih?!! Sakit tauk!” seru seorang wanita yang saat itu menjadi pusat perhatian.
“eh, iya. Ya udah, ayo bu dorong-dorong! Terus dorong!” lanjut bu dukun kembali sambil memperaktekkan cara mengambil nafas sambil mendorong.
Sedangkan itu, seorang remaja yang menyaksikan hal itu telah bermandikan dengan tetesan keringat yang entah tiba-tiba mengucur dari seluruh tubuhnya, karena tidak tahan melihat  penderitaan ibunya, ia kemudian berlari masuk ke dalam kamar dan berdoa.
“ya tuhan, selamatkanlah ibu saya, plis ya tuhan, cepatkanlah pertandingan ini ya tuhan, menangkanlah ibu saya ya tuhan, ok? selamatkanlah bayi itu ya tuhan, pliisss, seperti apapun bentuknya dan rupanya ya tuhan, amin…”
Sementara itu di dalam perut, saya sedang berdebat dengan para malaikat penjaga rahim ibu saya.
“ayo keluar…!!!”
“nggak…!!!”
“keluar..!!!”
“nggak..!!!
“keluar.!!!”
“nggak.!!!
“keluar!!!”
“nggak!!!”
“KELUAR!!!”
Dan ahhirnya dengan sentakan kuat dari para malaikat di dalam rahim ibu saya, sayapun keluar dari tempat yang paling nyaman dan perlindungan paling aman serta paling rahasia di dunia itu. Karena keluar dengan cara tidak terhormat, ahirnya saya langsung menangis, apalagi langsung di gendong dengan buduk, eh bu dukun yang udah tua, peot dan keriput, coba suster yang  cantik, apalagi bahenol and montok, pasti saya langsung minta kenalan plus minta nomer handphonnya juga, hehe.
Akhirnya, semuanya bahagia dengan kemunculan sosok baru di dalam keluarga kecil yang tidak terencana tersebut.
Seperti biasa, selamatan digelar unutk mensyukuri lahirnya saya. Potong rambut di mulai dan pemberian nama oleh salah seorang nyai yang sangat masyhur di tempat itu, dan menamai saya yang hingga saat ini menjadi label di jidat saya yang sedikit lebar, yaitu ABDUL MUHSI.

tentang Hujan dan kanak-kanak


Alhamdulillah… untuk yang ke beberapa kalinya, Sukorejo hujan lagi, huhuy… B) Yah… meskipun tidak sederas seperti sebelum-sebelumnya, setidaknya, bisa dinikmati dengan pemandangan yang cukup mengesankan mata dan mendecikkan lidah.
Memang, sedikit mengherankan, kenapa desa Sukorejo ini jarang sekali hujan? Tapi tidak tandus ya… apa karena letak geografisnya? Atau mungkin saja hujannya diguna-guna, sampai-sampai enggan untuk terjun di tanah Sukorejo, entahlah… hal itu memang sering menjadi buah pertanyaan dari aktor-aktor di desa ini, baik dari masyrakatnya, ataupun dari santri yang mondok di pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo. Dan yang cukup mengherankan, hujan sering terpotong. Hanya sampai di desa sebalah. fiuh… masak hujan aja mau ngampung ke desa sebelah? Huuh….
Tapi, setidaknya hujan yang tidak sebegitu derasnya ini cukuplah untuk menghibur dari rasa panas terik matahari, dan juga untuk menghibur para santri, untuk hujan-hujanan, hehehe…. Begitupun saya sendiri, hihi :P
Entah, sudah berapa tahun saya tidak pernah hujan-hujanan. Kalau diingat-ingat, selama SMApun tidak pernah mandi hujan, ya, mungkin sampai SMP saja masih suka hujan-hujanan. Emang sih, rada kekanak-kanakan, sudah kuliah, tapi masih suka hujan-hujanan. Haha, dari pada hanya diam di rumah, nggak ngapa-ngapain, atau cuma baca buku? Dengerin musik? Ah… masa itu mulu??? Tidur? Kaya nggak ada kerjaan lain aja, atau mau lihat TV? Takut kena petir ntar J, memble dah jadinya, hahai… mending hujan-hujanan, maen aer, tendang-tendang air digenangan, hm… J. Kayaknya kotor ya, jorok, maenin air genangan, tapi ya sekali lagi, asik… bisa happy… dan hal itu semua yang banyak dinafikan oleh orang-orang yang ngakunya sudah dewasa (dan terlanjur tua,hehe (: ).
Tapi, coba kita flashback dulu kebelakang, ke umur-umur yang sudah kita lewati, ke waktu-waktu yang sudah kita jelajahi, atau, ke masa-masa kita masih kecil, kemasa-masa hidup hanyalah untuk bermain, tertawa, dan menangis. Pernah nggak, terpikir untuk mengulangi lagi masa-masa itu, tidak mengenal namanya stress, sumpek karena banyak fikiran, perbedaan dan saling sikut karena banyak kepentingan, dan banyak lagi masalah-masalah tanggungan mental dan otak lainnya. Kenapa kita tidak mengulang hal-hal itu lagi, apa sih yang membuat kita dulu, sewaktu masih kecil bisa bahagia? Main kejar-kejaran, petak umpet, main layang-layang, sepak bola, panjat pohon, ke pantai, mandi di sungai, dan salah satunya, hujan-hujanan (ups… maksud saya sejak tadi itu, hujan-hujanan adalah mandi hujan, tidak sama dengan mobil-mobilan yang artinya mobil mainan atau replika dari mobil sungguhan yang bentuknya lebih kecil, ah… ngerti dong…(B ). Ya, mungkin butuh penyesuaian lagi dengan keadaan moral dan fisik kita yang semakin membesar. Tapi setidaknya, cobalah untuk mengulang, apa saja yang membuat masa kecil kita begitu bahagia, meskipun hal itu hanya sekelumit saja, hanya satu hal saja, mari kita lakukan hal itu, dengan format yang berbeda, tapi tetap bertujuan satu hal, BAHAGIA.
Kalo ngomongin hal ini, mengingat tentang masa kecil yang bahagia, main-main, teriak-teriak tanpa peduli orang-orang sekitar yang juga sedikit tidak peduli pada apa yang kita lakukan, jadi teringat ke puisi kakak saya, ini puisinya, judulnya, temali. 
Temali

simpul-simpul itu jatuh
ia tidak menggenang-genang lantai
ia digerus, dipilin, dihembus, jauh-jauh!
tidak, ia tidak berderis
hanya jatuh
jauh, jatuh

            barangkali, hakikatnya adalah
                        bingkai masa lalu
                        karena ia lahir dari masa lalu
                        ia juga mantan masa lalu
masa lalu yang anak-anak
tembang anak-anak
ia juga mantan anak-anak
            menjadi anak-anak adalah cita-cita
                        bingkai masa lalu
            menjadi anak-anak seolah kembali
            yang tanpa beban, lepas beban dengan menangis
            kini, menangis dibilang cengeng
            tapi anak-anak
            berlari dengan tanpa
            memeluk siapa saja dan apa tiada resiko
            mencium siapa saja tak ada menghalang
            karena ia anak-anak
                        bingkai masa lalu
            ia ingin kembali menjadi anak-anak
            tiada mengenal moral
            tiada kenal akhlaq

kini, ia temali
yang harus bermoral
yang harus berakhlaq
seolah tiada bingkai masa lalu
                        ia menyesal, tidak lagi menjadi anak-anak

Kita tidak mungkin menjadi kanak-kanak kembali, tapi setidaknya kita mengingat beberapa hal, kita pernah melewati masa itu, betapa menyenangkannya masa-masa tersebut, tidak mengenal perbedaan, berteman dengan siapa saja, memang terkadang ada sedikit konflik, pertengkaran, dan lainnya. Tapi, tetap saja, pada ahirnya akan tetap kembali bersama, untuk bermain bersama, dan melupakan pertengkaran tersebut, hm... itu yang membuat saya selalu tersenyum....kapan kita akan seperti itu lagi???

Rabu, 08 Juni 2011

pembicaraan nyender....

"si, menurut kamu, apa yang dia suka?"
kok nanya ke saya?
"yakan kamu temen deketnya..."
seharusnya kamu buat dia suka apa yang kamu suka
"hahahaha, kamu ini, masih kaya gitu mikirnya, hm...."
fyuh.....
"fyuh..... enaknya nyender di punggungnya kamu, hehehe"
hm.... iyelah....
"oya, kamu dengan dia gimana?"
yang mana, jangan ngarang!
"hehehe, cuman mancing :)"
"kalo kamu, sukanya apa?"
hm....????
"iya, kaliankan sama-sama cowo, tau dong...."
em.... kalo saya,.......
"hahaha.... pastidah, kamu masih mikir mulu, seperti yang kamu bilang, kalo orang lain baru mikir satu rencana, kamu sudah mikir sepuluh! kalo orang lain udah mikir sepuluh, kamu udah mikir 100!"
tapikan gak lama waktunya
":) iya, makanya kamu aneh gitu, kaya.... kaya Jack Sparrow di filmnya Pirates of Carribean!"

dalam satu malam

aku terkejut!
saat kau bilang,
nafasku terlalu dekat...
(malam, 19.37)

"kamu tau, aku hawatir saat kamu sedang bersamanya"...
(malam, 19.42)

"aku juga bisa cemburu"
(malam 19.42)

"jangan dekat2 dengan dia lagi ya..."
(malam, 19.43)

BERISIK!
(malam, 19.44)

‎"apa aku tidak spesial buat kamu?"
(malam, 19.46)


APA KAMU BILANG???!!!!!
KAMU SUDAH CUKUP SPESIAL!!!!!
(malam, 19.49)

‎"TAPI KENAPA KAMU NGGAK NYIUM AKU?????!!!!"
(malam, 19.49)

‎"apa kamu nggak mau?"
(malam, 19.51)

‎"aku melihatnya menangis barusan"
(malam, 19.53)


"kamu dengar, si?
dia neriakin kamu BODOH :)"
(malam, 19.55)
peb, 9 11'

Jumat, 11 Februari 2011

dalam satu hari

hatiku tiba-tiba bergetar saat kita bertemu dan secara perlahan-lahan, dunia di sekitar kita menjadi kabur saat ku menoleh padamu dan menjadi kembali seperti semula saat ku menoleh lagi, dengan cepat ku menoleh dan kita benar-benar hanya berdua di sini saat ku tatap matamu dengan dunia yang mengabur
(sebelum subuh)

kau tahu, saat orang yang kamu sukai sedang bersama orang lain, maka hati akan sakit, da hatiku sebal karena sakit!
(pkul 06.00)

kau tiba2 membosankan,
(pkul 07.00)

jangan sampai aku membuatmu jatuh cinta sampai mendidih dan terbakar, hentikan itu!
(saat kita berbicara)

kau tahu, sat kita bersentuhan, suhu tubuhmu menular....
(masih berbicara)

bau badanmulah yang kurindukan
(tetap berbicara)

tapi, saat aku di depanmu, aku tidak tenang
(saat saling tersexum)

kau tahu, pikiranku mendengung
(saat kau bisikkan kata2 itu)


saat kamu ingin melakukan ciuman di bibir
lakukanlah dengan orang yang benar2 kamu cintai
manis....
(bisikmu)

"dari pagi aku berpikir, aku ingin tahu bagaimana reaksi tubuhku, jika aku melakukan hal itu dengan kamu" itu katamu

30 Desember 2010 jam 22:38