Powered By Blogger

Senin, 19 Desember 2011

SosSok

Cerita ini adalah kisah nyata yang mengalami perubahan tidak perlu di beberapa lini sehingga terkesan sedikit fiksi dan, sumpah! Ini nyata! Beneran dech… suer! Kalo nggak percaya, saya tunggu di luar! -pengen kenalan :-)

SOsSOK
Pada suatu hari, di tengah desa sedikit ke pinggir, di sebuah rumah yang mungil sedikit centil dan tidak dekil, sedang terjadi keributan yang tidak biasanya. Keributan tersebut berasal dari ruang tengah, di pinggir ruang tamu, di dekat kursi, di atas sebuah tikar, tepatnya di depan sebuah televisi. Ada tiga sosok di tambah dengan satu remaja yang masih lucu, sedang memperhatikan salah satu sosok yang sedang telentang dan kedua kakinya di tekuk sehingga lututnya meninggi serta di renggangkan.
Di situlah sedang terjadi, kalo yang katanya para ilmuwan mereka sebuat sebut dengan ledakan besar, karena akan terjadi sebuah ledakan dari sebuah perut yang melendung dan, di situlah saya, sedang telengkup dan sedikit terusik karena di paksa untuk keluar, katanya sih, rahim ibu saya udah nggak muat untuk nampung saya lagi, so, di usir ne ceritanya?!
Berikut ini adalah dialog dengan pengubahan seperluya agar di mengerti dalam kekacauan tersebut:
“ayo! Ayo! Berusaha! Terus! Terus! Terus!” kata sang dukun menyemangati.
“ye, buduk! Eh, bu dukun, jangan terus-terus terus dong! Ntar nabrak lagi?! Kalo nabrak gimana? Mau tanggungjawab apa?” protes sorang laki-laki yang saat itu umurnya mungkin sudah berkepala tiga.
“eh, iya-iya, sori…”
”woi!! Jangan ngomong aja! Gimana nih?!! Sakit tauk!” seru seorang wanita yang saat itu menjadi pusat perhatian.
“eh, iya. Ya udah, ayo bu dorong-dorong! Terus dorong!” lanjut bu dukun kembali sambil memperaktekkan cara mengambil nafas sambil mendorong.
Sedangkan itu, seorang remaja yang menyaksikan hal itu telah bermandikan dengan tetesan keringat yang entah tiba-tiba mengucur dari seluruh tubuhnya, karena tidak tahan melihat  penderitaan ibunya, ia kemudian berlari masuk ke dalam kamar dan berdoa.
“ya tuhan, selamatkanlah ibu saya, plis ya tuhan, cepatkanlah pertandingan ini ya tuhan, menangkanlah ibu saya ya tuhan, ok? selamatkanlah bayi itu ya tuhan, pliisss, seperti apapun bentuknya dan rupanya ya tuhan, amin…”
Sementara itu di dalam perut, saya sedang berdebat dengan para malaikat penjaga rahim ibu saya.
“ayo keluar…!!!”
“nggak…!!!”
“keluar..!!!”
“nggak..!!!
“keluar.!!!”
“nggak.!!!
“keluar!!!”
“nggak!!!”
“KELUAR!!!”
Dan ahhirnya dengan sentakan kuat dari para malaikat di dalam rahim ibu saya, sayapun keluar dari tempat yang paling nyaman dan perlindungan paling aman serta paling rahasia di dunia itu. Karena keluar dengan cara tidak terhormat, ahirnya saya langsung menangis, apalagi langsung di gendong dengan buduk, eh bu dukun yang udah tua, peot dan keriput, coba suster yang  cantik, apalagi bahenol and montok, pasti saya langsung minta kenalan plus minta nomer handphonnya juga, hehe.
Akhirnya, semuanya bahagia dengan kemunculan sosok baru di dalam keluarga kecil yang tidak terencana tersebut.
Seperti biasa, selamatan digelar unutk mensyukuri lahirnya saya. Potong rambut di mulai dan pemberian nama oleh salah seorang nyai yang sangat masyhur di tempat itu, dan menamai saya yang hingga saat ini menjadi label di jidat saya yang sedikit lebar, yaitu ABDUL MUHSI.

tentang Hujan dan kanak-kanak


Alhamdulillah… untuk yang ke beberapa kalinya, Sukorejo hujan lagi, huhuy… B) Yah… meskipun tidak sederas seperti sebelum-sebelumnya, setidaknya, bisa dinikmati dengan pemandangan yang cukup mengesankan mata dan mendecikkan lidah.
Memang, sedikit mengherankan, kenapa desa Sukorejo ini jarang sekali hujan? Tapi tidak tandus ya… apa karena letak geografisnya? Atau mungkin saja hujannya diguna-guna, sampai-sampai enggan untuk terjun di tanah Sukorejo, entahlah… hal itu memang sering menjadi buah pertanyaan dari aktor-aktor di desa ini, baik dari masyrakatnya, ataupun dari santri yang mondok di pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo. Dan yang cukup mengherankan, hujan sering terpotong. Hanya sampai di desa sebalah. fiuh… masak hujan aja mau ngampung ke desa sebelah? Huuh….
Tapi, setidaknya hujan yang tidak sebegitu derasnya ini cukuplah untuk menghibur dari rasa panas terik matahari, dan juga untuk menghibur para santri, untuk hujan-hujanan, hehehe…. Begitupun saya sendiri, hihi :P
Entah, sudah berapa tahun saya tidak pernah hujan-hujanan. Kalau diingat-ingat, selama SMApun tidak pernah mandi hujan, ya, mungkin sampai SMP saja masih suka hujan-hujanan. Emang sih, rada kekanak-kanakan, sudah kuliah, tapi masih suka hujan-hujanan. Haha, dari pada hanya diam di rumah, nggak ngapa-ngapain, atau cuma baca buku? Dengerin musik? Ah… masa itu mulu??? Tidur? Kaya nggak ada kerjaan lain aja, atau mau lihat TV? Takut kena petir ntar J, memble dah jadinya, hahai… mending hujan-hujanan, maen aer, tendang-tendang air digenangan, hm… J. Kayaknya kotor ya, jorok, maenin air genangan, tapi ya sekali lagi, asik… bisa happy… dan hal itu semua yang banyak dinafikan oleh orang-orang yang ngakunya sudah dewasa (dan terlanjur tua,hehe (: ).
Tapi, coba kita flashback dulu kebelakang, ke umur-umur yang sudah kita lewati, ke waktu-waktu yang sudah kita jelajahi, atau, ke masa-masa kita masih kecil, kemasa-masa hidup hanyalah untuk bermain, tertawa, dan menangis. Pernah nggak, terpikir untuk mengulangi lagi masa-masa itu, tidak mengenal namanya stress, sumpek karena banyak fikiran, perbedaan dan saling sikut karena banyak kepentingan, dan banyak lagi masalah-masalah tanggungan mental dan otak lainnya. Kenapa kita tidak mengulang hal-hal itu lagi, apa sih yang membuat kita dulu, sewaktu masih kecil bisa bahagia? Main kejar-kejaran, petak umpet, main layang-layang, sepak bola, panjat pohon, ke pantai, mandi di sungai, dan salah satunya, hujan-hujanan (ups… maksud saya sejak tadi itu, hujan-hujanan adalah mandi hujan, tidak sama dengan mobil-mobilan yang artinya mobil mainan atau replika dari mobil sungguhan yang bentuknya lebih kecil, ah… ngerti dong…(B ). Ya, mungkin butuh penyesuaian lagi dengan keadaan moral dan fisik kita yang semakin membesar. Tapi setidaknya, cobalah untuk mengulang, apa saja yang membuat masa kecil kita begitu bahagia, meskipun hal itu hanya sekelumit saja, hanya satu hal saja, mari kita lakukan hal itu, dengan format yang berbeda, tapi tetap bertujuan satu hal, BAHAGIA.
Kalo ngomongin hal ini, mengingat tentang masa kecil yang bahagia, main-main, teriak-teriak tanpa peduli orang-orang sekitar yang juga sedikit tidak peduli pada apa yang kita lakukan, jadi teringat ke puisi kakak saya, ini puisinya, judulnya, temali. 
Temali

simpul-simpul itu jatuh
ia tidak menggenang-genang lantai
ia digerus, dipilin, dihembus, jauh-jauh!
tidak, ia tidak berderis
hanya jatuh
jauh, jatuh

            barangkali, hakikatnya adalah
                        bingkai masa lalu
                        karena ia lahir dari masa lalu
                        ia juga mantan masa lalu
masa lalu yang anak-anak
tembang anak-anak
ia juga mantan anak-anak
            menjadi anak-anak adalah cita-cita
                        bingkai masa lalu
            menjadi anak-anak seolah kembali
            yang tanpa beban, lepas beban dengan menangis
            kini, menangis dibilang cengeng
            tapi anak-anak
            berlari dengan tanpa
            memeluk siapa saja dan apa tiada resiko
            mencium siapa saja tak ada menghalang
            karena ia anak-anak
                        bingkai masa lalu
            ia ingin kembali menjadi anak-anak
            tiada mengenal moral
            tiada kenal akhlaq

kini, ia temali
yang harus bermoral
yang harus berakhlaq
seolah tiada bingkai masa lalu
                        ia menyesal, tidak lagi menjadi anak-anak

Kita tidak mungkin menjadi kanak-kanak kembali, tapi setidaknya kita mengingat beberapa hal, kita pernah melewati masa itu, betapa menyenangkannya masa-masa tersebut, tidak mengenal perbedaan, berteman dengan siapa saja, memang terkadang ada sedikit konflik, pertengkaran, dan lainnya. Tapi, tetap saja, pada ahirnya akan tetap kembali bersama, untuk bermain bersama, dan melupakan pertengkaran tersebut, hm... itu yang membuat saya selalu tersenyum....kapan kita akan seperti itu lagi???