Powered By Blogger

Kamis, 02 Desember 2010

antologi 3 september 2010

-baca sampai selesai-

PLAGIAT
kini semua telah tiba pada suatu waktu
yang menjenuhkan
menjengkelkan
menyesakkan
tak penting lagi
bahkan mengganggu
seperti laron yang bahagia di tempat gelap

masihkah kau membalas senyumku semanis dahulu?
saatku tersenyum kau tersenyum
saatku tertawa kau malu-malu

masihkah kau menoleh saatku menyapamu?
kembali menanyakan kabarmu
ingin berbagi cerita denganmu
kembali tertawa seperti dahulu

masihkah kau menyapaku semesra dahulu?
menanyakan kabarku
mengusap lukaku dengan lembut
meyakinkanku semuanyakan baik-baik saja

kini aku paham,
bagaimana perasaan Gie dahulu
saat ia merasa sangat-sangat melankolis
menjadi benar-benar melankolis
hah…
bahkan aku menjadi plagiatnya

PERUBAHAN
aku tidak munafik
aku benar-benar iri padanya
jujur
aku cemburu

aku tak ingin senyum manismu
yang dulu kau berikan cuma-cuma padaku
kini di matanya

aku tak peduli sapaan manismu
yang dahulu menghiasi hari-hariku
kini di telinganya

aku tak bernafsu dengan perhatianmu
yang dulu aku padamu
padamu ‘tukku

aku hanya tak mau kau sekejam ini
membiarkan setan-setan menutup telingamu
mengalihkan pandanganmu
mencibirkan bibirmu

senaif itukah kau berubah?
dengan semua komat-kamit
yang tetap kau busakan?

jujur…
aku malu pada Tuhan
karna ku telah menyunting namamu pada-Nya
masa’ ku tarik kembali?
Hah…
Aku tak berubah

ADDUH…
Air mataku telah menjadi nanah
Darah telah menjadi luka
Tersayat miris
Mati rasa hati membatu

Termangu berliur
Tersenyum sedih
Menyambut tawa
Terasa pedih

Lirih dengan kata-kata ringkih
Menjadi lesu bertopang keluh

Jemuk,
Jengkel,
Jenuh,
Sesak!

SUDAH!
Kau bilang lanjutkan
Aku di sini menangis

Kau bilang kembangkan
Aku di sini murung

Kau bilang bagus

Hey!!!
Nyadar gak sih?!?!?!
Ini ku buat untuk kamu!!!

Sudah!
Pergi sana!!!

HM….
Tuhan, aku relakan dia untuknya
Selain memang begitu
Dan harus begitu

Dia lebih lama berdekat-dekatan denganMu
Dia lebih jago tuk memujiMu
Dia lebih cerdas di hadapMu

Hah…
Tuhan…
Tangisku ikhlas…

Tanya saja mereka
Mereka senyum bahagia
Menuruni pipiku

Tidak ada komentar: